Senin, 27 Mei 2019

Sejarah

Sejarah

Pada tahun 2008 Rizka beserta suaminya berbisnis bakso yang mempunyai 20 cabang dengan sistem kemitraan. Namun karena ada kesalahan dalam manajemen, omzet usahanya itu perlahan terus menurun dan akhirnya bangkrut. Kebangkrutan itu bahkan menyisakan cicilan rumah selama empat bulan yang tak bisa dibayar, dan memaksanya untuk menjual mobil, dan merelakan tiga motor operasional-nya ditarik kembali oleh leasing. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya rizka beserta suaminya memutar otak untuk merintis bisnis baru. Akhirnya terpikirlah untuk melirik bisnis oleh-oleh. Rizka yang berasal dari kota Surabaya terkesan dengan kue lapis Surabaya, lalu terpikirlah untuk membuat Lapis Bogor. Di mata Rizka, Bogor adalah kota wisata yang potensial. Bisa dipastikan, tiap akhir pekan jalanan di Puncak selalu dipadati kemacetan. Ini adalah salah satu peluang besar untuk digarap.  Kota Bogor juga identik dengan talas maka tak ada salahnya untuk memanfaatkannya. Dengan pengolahan yang baik, talas pun bisa dijadikan makanan yang modern. Terlebih selama ini belum ada yang mengolah talas menjadi kue lapis, hanya sebatas keripik dan gorengan saja. Sehingga memutuskan untuk mengkreasikan lapisnya dengan bahan baku lokal yang bisa diangkat yaitu talas. Lapis Bogor ini dinamai Lapis Bogor Sangkuriang. 
            Setelah melakukan berbagai percobaan untuk menyempurnakan hasil kue lapis talas yang dibuat. Pada tahun 2011, Lapis Bogor Sangkuriang mulai dipasarkan ke tetangga-tengganya dan mendapat tanggapan positif. Setelah mendapat pesanan dari para tetangganya, lalu mulai menawarkan kuenya ke teman-teman kampus, keluarga lain, kelompok pengajian, dan komunitas lain, seperti komunitas entrepreneur. Kemudian  mencoba masuk ke instansi pemerintah. Ketika berhasil masuk ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan, mendapat respons yang sangat baik, bahkan ditawari menjadi mitra binaan. Dari sinilah Rizka sering diajak pameran dan mendapat berbagai pelatihan.
Kemudian mencoba masuk ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, karena di kemasan kue lapisnya tercantum slogan “Visit Bogor”. Ternyata respons-nya juga positif lalu dikenalkan ke Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota dan Kabupaten Bogor, yang langsung memfasilitasi penjualan produknya. Ketika PHRI mengadakan sebuah acara, talas lapis bogor sangkuriang selalu diundang untuk ikut meramaikan. Ketika ada diklat di sebuah hotel selama tiga hari, diundang di hari terakhir untuk berjualan dengan sistem bagi hasil.
            Dari skala rumahan, mengawali bisnis dengan modal Rp 500.000 dan mixer mertua. Per hari hanya mampu menjual dua boks, lalu perlahan mulai meningkat hingga mencapai 50 -100 box per hari. Hingga saat ini omzetnya sudah miliaran dan membuka store di beberapa tempat Kota dan Kabupaten Bogor. Store tersebut ada 7 yaitu di Store Pajajaran : Jl. Padjajaran No. 20i
Komplek Ruko Perkantoran Bantar Kemang, Kota Bogor 16143. Store Jalan Baru : Jl. KH. Sholeh Iskandar No. 18 C Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor 16164. Store Puncak : Jl. Raya Puncak No. 113 Cibogo, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 16770. Store Cibinong : Jl. Bogor – Jakarta Raya, Ruko The Galaxy No. 2B, Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor 16915. Store Stasiun : Jl. Nyi Raja Permas No. 1
Emplesmen Stasiun KA Bogor, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor 16124. Store Darmaga : Jl. Raya Dramaga No.21 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor 16680. Store Sudirman : Jl. Jend. Sudirman No.22.C Sempur, Bogor Tengah, Kota Bogor
Jawa Barat 16124.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar