Sejarah
Pada tahun 2008 Rizka beserta suaminya
berbisnis bakso yang mempunyai 20 cabang dengan sistem kemitraan. Namun karena
ada kesalahan dalam manajemen, omzet usahanya itu perlahan terus menurun dan
akhirnya bangkrut. Kebangkrutan itu bahkan menyisakan cicilan rumah selama
empat bulan yang tak bisa dibayar, dan memaksanya untuk menjual mobil, dan
merelakan tiga motor operasional-nya ditarik kembali oleh leasing.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya rizka beserta suaminya memutar otak untuk
merintis bisnis baru. Akhirnya terpikirlah untuk melirik bisnis oleh-oleh. Rizka
yang berasal dari kota Surabaya terkesan dengan kue lapis Surabaya, lalu
terpikirlah untuk membuat Lapis Bogor. Di mata Rizka, Bogor adalah kota wisata
yang potensial. Bisa dipastikan, tiap akhir pekan jalanan di Puncak selalu
dipadati kemacetan. Ini adalah salah satu peluang besar untuk digarap.
Kota Bogor juga identik dengan talas maka tak ada salahnya untuk
memanfaatkannya. Dengan pengolahan yang baik, talas pun bisa dijadikan makanan
yang modern. Terlebih selama ini belum ada yang mengolah talas menjadi kue
lapis, hanya sebatas keripik dan gorengan saja. Sehingga memutuskan untuk
mengkreasikan lapisnya dengan bahan baku lokal yang bisa diangkat yaitu talas.
Lapis Bogor ini dinamai Lapis Bogor Sangkuriang.
Setelah melakukan berbagai percobaan untuk menyempurnakan hasil kue lapis talas
yang dibuat. Pada tahun 2011, Lapis Bogor Sangkuriang mulai dipasarkan ke
tetangga-tengganya dan mendapat tanggapan positif. Setelah mendapat pesanan
dari para tetangganya, lalu mulai menawarkan kuenya ke teman-teman kampus,
keluarga lain, kelompok pengajian, dan komunitas lain, seperti komunitas entrepreneur.
Kemudian mencoba masuk ke instansi pemerintah. Ketika berhasil masuk ke
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, mendapat respons yang sangat baik, bahkan
ditawari menjadi mitra binaan. Dari sinilah Rizka sering diajak pameran dan
mendapat berbagai pelatihan.
Kemudian mencoba masuk ke Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata, karena di kemasan kue lapisnya tercantum slogan
“Visit Bogor”. Ternyata respons-nya juga positif lalu dikenalkan ke Persatuan
Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota dan Kabupaten Bogor, yang langsung
memfasilitasi penjualan produknya. Ketika PHRI mengadakan sebuah acara, talas
lapis bogor sangkuriang selalu diundang untuk ikut meramaikan. Ketika ada
diklat di sebuah hotel selama tiga hari, diundang di hari terakhir untuk
berjualan dengan sistem bagi hasil.
Dari skala rumahan, mengawali bisnis dengan modal Rp 500.000 dan mixer mertua.
Per hari hanya mampu menjual dua boks, lalu perlahan mulai meningkat hingga
mencapai 50 -100 box per hari. Hingga saat ini omzetnya sudah miliaran dan
membuka store di beberapa tempat Kota dan Kabupaten Bogor. Store tersebut ada 7
yaitu di Store Pajajaran : Jl. Padjajaran No. 20i
Komplek Ruko Perkantoran Bantar Kemang, Kota
Bogor 16143. Store Jalan Baru : Jl. KH. Sholeh Iskandar No. 18 C Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor
16164. Store Puncak : Jl. Raya Puncak No. 113 Cibogo, Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor 16770. Store Cibinong : Jl. Bogor –
Jakarta Raya, Ruko The Galaxy No. 2B, Kelurahan
Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor 16915. Store Stasiun : Jl. Nyi Raja Permas No. 1
Emplesmen Stasiun KA Bogor, Kelurahan Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor 16124. Store Darmaga : Jl. Raya Dramaga
No.21 Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor 16680. Store Sudirman : Jl.
Jend. Sudirman No.22.C Sempur, Bogor Tengah, Kota Bogor
Jawa Barat 16124.